Kinerja ekspor alas kaki dan pakaian kian perkasa sepanjang tahun 2024. Total ekspor alas kaki dan pakaian Indonesia pada 2024 tembus 11,2 miliar, naik 9,8 persen dibanding tahun sebelumnya, dari catatan Kementerian Perindustrian.
Amerika Serikat tetap menjadi pasar tujuan ekspor terbesar, menyerap 60 persen ekspor produk pakaian asal Indonesia. Untuk alas kaki, ekspor ke Negeri Paman Sam melonjak 24,6 persen (yoy), setara dengan 2,9 miliar dolar AS.
Raihan ekspor di atas tidak lepas dari peran pekerja, dimana Indonesia saat ini semakin memperlihatkan kekuatannya dalam industri alas kaki dan pakaian global.
Dalam setahun terakhir, Nike dan Adidas memilih Indonesia sebagai lokasi utama untuk ekspansi produksi mereka. Alhasil, dengan perluasan produksi dari kedua brand tersebut membuat dominasi pekerja asal Indonesia kian kuat.
"Indonesia sekarang menyumbang hampir 30 persen dari total tenaga kerja pabrik global Adidas dan Nike. Ini bukti nyata daya saing industri manufaktur kita semakin diakui dunia," tutur Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arief dalam keterangannya di Jakarta, Senin (17/3/2025).
Dengan meningkatnya alokasi produksi dari dua perusahaan itu, Indonesia kini menggeser posisi negara-negara seperti China, Vietnam dan Kamboja sebagai pusat produksi utama bagi dua raksasa global tersebut.
Di sektor alas kaki, sebanyak 7.644 tenaga kerja baru direkrut pada tahun 2024, naik 3 persen dibanding tahun sebelumnya, menjadikan jumlah tenaga kerja di sektor ini mencapai 271.774 orang.
Sementara di sektor pakaian, pertumbuhan perekrutan lebih pesat dengan penambahan 10.013 pekerja baru, atau melonjak 30 persen year on year, total menjadi 36.409 tenaga kerja.
Sebagian besar pabrik pemasok dan Nike di Indonesia dimiliki oleh investor asing, utamanya dari China, Korea Selatan dan Taiwan.
Mereka semakin aktif menambah tenaga kerja untuk meningkatkan kapasitas produksi, misalnya Ontide (Korea Selatan) dan Korrun (Vietnam) telah merekrut lebih banyak pekerja Indonesia.
Di sisi lain, PT Pancaprima Ekabrothers mengalami penurunan jumlah pekerja sebesar 10,9 persen, sementara Adidas tengah menjajaki pembukaan pabrik baru di Indonesia lewat mitra lokal seperti PT Adonia dan PT Aroma.
Kemenperin melihat tren positif ini sebagai peluang besar bagi penguatan industri dalam negeri. Tidak hanya meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global, tetapi juga membuka lapangan kerja baru dan memberikan multiplier effect yang luas.