Doha, Ops Jurnal.online-
Kepala politik Hamas, Ismail Haniyeh, menuduh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, melakukan sabotase terhadap upaya mediator dalam perundingan gencatan senjata di Gaza. Dia menyebut Netanyahu selalu mencari pembenaran atas penyerangan ke wilayah Palestina.
"Perdana Menteri Benjamin Netanyahu ingin menciptakan pembenaran terus-menerus atas kelanjutan agresi, memperluas lingkaran konflik, dan menyabot upaya yang dilakukan melalui berbagai mediator dan pihak," kata Haniyeh dilansir AFP, Senin (6/5/2024).
Mediator Qatar, Mesir dan Amerika Serikat (AS) bertemu dengan delegasi Hamas di Kairo, Mesir, pada Sabtu (4/5) dalam upaya terbaru untuk menghentikan perang yang telah berlangsung hampir tujuh bulan dan telah memicu protes di seluruh dunia.
Sumber senior Hamas yang dekat dengan perundingan tersebut mengatakan bahwa akan ada 'babak baru' perundingan pada hari Minggu.
Para perunding yang berusaha menghentikan perang yang menghancurkan itu telah mengusulkan penghentian awal pertempuran selama 40 hari dan pertukaran sandera dengan tahanan Palestina.
Haniyeh mengatakan Hamas melakukan pendekatan terhadap perundingan tersebut dengan serius dan positif, namun mempertanyakan arti dari sebuah perjanjian jika gencatan senjata bukanlah hasil pertamanya.
Sebelumnya, Netanyahu telah menolak permintaan Hamas untuk mengakhiri perang.
"Israel tidak siap menerima situasi di mana batalion Hamas keluar dari bunker mereka, kembali menguasai Gaza, membangun kembali infrastruktur militer mereka, dan kembali mengancam warga Israel," kata Netanyahu.
Mesir, Qatar dan Amerika Serikat telah berusaha menengahi kesepakatan antara Israel dan Hamas selama berbulan-bulan.
"Amerika Serikat telah memberikan perlindungan bagi pendudukan ini, dan seharusnya menjadi pihak yang menghentikannya, bukannya memasok senjata pemusnah dan pemusnahan," ucap pemimpin kantor politik Hamas yang bermarkas di Qatar.
Haniyeh menambahkan bahwa Hamas tetap bersemangat untuk mencapai kesepakatan yang komprehensif dan saling berhubungan secara bertahap, mengakhiri agresi, memastikan penarikan, dan mencapai kesepakatan pertukaran tahanan yang serius.
sumber:detiknews.com