Medan, opsjurnal.online
Seorang pengatur lalu lintas liar atau kerap disebut Pak Ogah bernama Ahmad Firdaus (37) menderita sejumlah luka karena diduga dianiaya sejumlah oknum polisi berseragam. Ia kini harus mendapatkan perawatan di RS Bhayangkara, Medan.
Menurut pengakuan Firdaus, kejadian itu dialaminya di Jalan Sisingamangaraja Sabtu (21/10) sekira pukul 18.00 WIB. Saat sedang mengatur arus lalu lintas di depan Hotel Antares, tiba-tiba ia dikepung dan diangkut ke atas truk lalu dianiaya sejumlah orang.
"Saya sedang mengatur arus lalu lintas. Terus saya lari, berdua dengan kawan. Karena saya larinya nyeberang sana sini, dipikir dia saya melece," jelas Firdaus, Minggu (22/10/2023).
"Lalu, mereka mengepung dan saya dapat (diamankan). Dinaikkan ke atas truk. Begitu truk itu jalan, langsung saya disiksa sepanjang jalan. Saya dipukuli, ditampari, dan ditunjangi. Saya tidak tahu sampai daerah mana tadi katanya, kayaknya sampai di daerah Trakindo (daerah Amplas), masih juga dipukuli," tambahnya.
Lanjut Firdaus, ia lalu diturunkan di tengah jalan hingga warga sekitar menolongnya dan memesankan becak untuk mengantar pulang.
"Ada 15 orang (polisi) yang mukuli. Setahu saya, itu satuan Sabhara. Masih muda-muda mereka. Kata mereka, (saya) tidak menghargai. Ini kedua tangan saya tidak bisa digerakkan," sebutnya.
Seorang saksi mata, Suryawirawan (58) yang melihat korban dikejar sejumlah personel polisi mengatakan, korban ditangkap dan dimasukkan ke truk Sabhara Polda Sumut.
"Saya lihat ada tiga orang berpakaian polisi yang mengejar korban. Pas di Indomaret, korban ditangkap, dipiting, dan dimasukkan ke dalam truk yang ada tulisan Sabhara Polda Sumut," ucapnya.
Setelah itu, korban dibawa truk itu. Tak lama, korban balik ke lokasi naik becak dengan kondisi badan yang mengalami luka lebam.
"Setahu saya sekarang dia sudah di RS Bhayangkara. Tadi ada pihak Polda juga yang olah TKP di lokasi," tutupnya.
Kini Ahmad tergeletak di ruang inap Rumah Sakit Bhayangkara, Kota Medan. Saat dikunjungi detikSumut, Minggu (22/10/2023), Ahmad masih diinfus.
Wajahnya juga masih pucat dan badannya lemas. Tampak di tubuhnya bekas penganiayaan. Di bagian rusuk, dada, dan lengan kirinya terlihat ada luka gores. Sementara di bagian kanan, luka-luka itu berada di sekitar bahu. Dua personel dari Polsek Medan Kota tampak di lokasi.
"Ini lah luka-luka akibat kejadian semalam. Bagian dadaku masih sakit. Sulit bernafas. Tapi memang sudah lebih baik dari kondisi semalam. Kalau semalam, kedua tanganku ini mati rasa. Sekarang engga lagi," ucap Firdaus.
Dia menjelaskan masuk rumah sakit sejak Sabtu (21/10) sekira pukul 23.00 WIB. Saat berada di rumah sakit, dia mengaku ada beberapa personel polisi yang menjenguknya. Bahkan ada yang memberikan uang untuk beli nasi.
"Tadi ada polisi yang memberikan uang Rp 1,5 juta untuk beli nasi katanya. Itu ada buah-buahan juga dari mereka," sebutnya.
Diperiksa Propam
Kabid Humas Polda Sumut Kombes Hadi Wahydi mengatakan, sejumlah personel yang diduga terlibat penganiayaan itu kini diperiksa Propam Polda.
"Para pelaku saat ini sedang menjalani pemeriksaan Propam untuk mempertanggungjawabkan atas apa yang telah dilakukan," kata Hadi, Senin (23/10/2023).
Belum dijelaskan berapa personel yang diperiksa Propam tersebut. Namun Hadi juga menyampaikan permintaan maaf atas kejadian itu.
"Ada beberapa yang diduga terlibat. Polda Sumut meminta maaf atas kejadian yang menimpa korban," jelasnya.
Mantan Kapolres Biak, Papua itu mengatakan korban saat ini masih menjalani perawatan di RS Bhayangkara Medan. "Korban saat ini sedang menjalani perawatan dan pemulihan di RS Bhayangkara Medan. Saat ini, korban merasakan kondisinya sudah lebih baik," pungkasnya.
Sumber: detik.com