opsjurnal.online
KSA, bocah perempuan berusia 7 tahun di Kota Semarang, Jawa Tengah diduga menjadi korban kekerasan seksual sang paman, A (22). Korban dinyatakan meninggal dunia sesaat setelah dibawa ke RS Panti Wilasa Citarum, Semarang pada Selasa (17/10/2023) malam.
Saat itu pihak rumah sakit membuat laporan ke polisi karena korban meninggal tak wajar dengan luka bekas benda tumpul di kelamin serta dubur korban. Hal tersebut diungkapkan Kanit Reskrim Polsek Gayamsari, AKP Mashadi.
"Dari dokter forensik meninggal tidak wajar. Kemudian dokter itu memeriksa di bagian alat vital dan dubur itu ada seperti luka menganga lubang di duburnya dan kelaminnya. Intinya dubur sama kelaminnya itu mengalami luka bekas benda tumpul," jelas Mashadi.
Pelaku A kemudian ditangkap dan dibawa ke Polrestabes Semarang untuk diperiksa. "Paman (terduga pelaku) atau adiknya istri (ibu korban) yang melakukan perbuatan itu makanya tadi malam kedua orangtuanya dan pamannya (diperiksa)," ujar dia. "Kemudian kita interogasi kemudian disinyalir pamannya (omnya) adiknya ibuk korban yang kemungkinan melakukan," tambah Mashadi
Korban sempat berteriak kesakitan Korban tercatat sebagai warga Kampung Tas Pandansari, Kelurahan Sawah Besar, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang, Jawa Tengah. Di rumah tersebut ia tinggal bersama kakek, nenek, paman (terduga pelaku) serta sang ayah, BR (37) dan ibunya, TA (33). "Keseharian korban itu pendiam, ibunya kerja, ayahnya tukang servis raket di rumah," jelas Taryono (63), ketua RT setempat.
Ia mengatakan sempat dimintai tolong oleh orangtua korban untuk membawa anaknya ke rumah sakit yang hanya ditempuh 10 menit mengendarai motor. "Saya diminta tolong orangtua korban suruh antar ke rumah sakit Panti Wilasa Citarum karena korban sakit, saya bareng istri antar mereka yang bawa motor boncengan tiga pada Selasa siang pukul 14.00," kata Taryono, Rabu (18/10/2023).
Taryono mengatakan korban memiliki riwayat penyakit sesak napas dengan flek di paru-paru dan sudah menjalani pengobatan sejak lima bulan terakhir. Saat dibawa ke rumah sakit, menurut Taryono, keadaan korban sudah parah dan tak lama korban dinyatakan meninggal dunia.
Saya antar sampai pintu masuk ke UGD, hanya orangtuanya yang masuk, 20 menit kemudian bapaknya keluar dari UGD menemui saya, dia bilang korban sudah tidak bisa tertolong, itu sekitar pukul 16.00," jelasnya. Ia mengaku sempat pulang untuk mengurus pemakaman korban. Namun Taryono mendapatkan informasi jika jenazah korban dibawa ke RSUP Kariadi untuk diotopsi.
Kita orang awam ga tahu, ada gejala lain kita ga paham," bebernya
Pada Selasa (17/10/2023) malam, rumah korban didatangi Tim Inafis Polrestabes Semarang untuk melakukan olah tempat kejadian perkara serta memeriksa obat yang dikonsumsi korban.
Sempat dibilangin polisi, mereka menyuruh kami nunggu, yang diperiksa polisi tiga orang, keluarga korban semua," paparnya. Tiga orang yang diperiksa adalah ibu, ayah dan paman korban. Sementara itu tetangga korban, Husen (32) mengatakan sempat mendengar korban menjerit kesakitan pada Senin (16/10/2023) malam. "Senin sore kondisi korban lemas dan digendong, malamnya terdengar jeritan (kesakitan) setahu saya begitu," ujar Husen, Rabu (18/10/2023).
Menurutnya, korban sakit hanya mau digendong dan duduk, tetapi tidak mau jalan kaki. "Baru kemarin Selasa, korban sudah tidak mau duduk hanya tiduran," paparnyaHingga akhirnya orangtua korban meminta tolong ketua RT untuk mengantar ke rumah sakit. "Korban itu jarang keluar rumah, keluar dari rumah paling sekolah sama ngaji," imbuh Husen. Terkait kematian korban, Kasatreskrim AKBP Donny Lumbantoruan mengatakan pihaknya masih melakukan pemeriksaan. "Nanti tunggu hasil updatenya," ungkapnya.
Sumber: KOMPAS.com