- Ventrikel otak memiliki ukuran yang lebih besar. Ventrikel adalah bagian dalam otak yang berisi cairan.
- Lobus temporalis memiliki ukuran yang lebih kecil. Ingatan dalam otak manusia berkaitan dengan lobus temporalis.
- Sel-sel pada otak memiliki koneksi yang lebih sedikit.
- Bentuk struktur otak dan sistem saraf pusat yang tidak normal.
- Beberapa komplikasi kehamilan dan kelahiran, seperti malnutrisi, kekurangan oksigen atau paparan racun atau virus yang dapat memengaruhi perkembangan otak.
- Memiliki riwayat keluarga dengan skizofrenia.
- Kelahiran prematur.
- Peningkatan aktivasi pada sistem kekebalan tubuh.
- Ketidakseimbangan kadar serotonin dan dopamin.
- Mengonsumsi obat yang dapat mengubah pikiran (psikoaktif atau psikotropika) selama masa remaja dan dewasa muda.
Apa Ciri-ciri Skizofrenia?
Gejala skizofrenia terbagi menjadi dua kategori, yaitu positif dan negatif. Berikut penjelasan untuk setiap kategorinya:
1. Gejala negatif
Gejala negatif muncul ketika sifat dan kemampuan yang ada pada orang normal, seperti konsentrasi, pola tidur normal, dan motivasi hidup menghilang. Selain itu, gejala negatif juga termasuk ketidakmauan seseorang bersosialisasi dan merasa tidak nyaman saat bersama orang lain.
Ciri khas orang yang mengidap gejala skizofrenia negatif yaitu terlihat apatis dan buruk secara emosi, tidak peduli terhadap penampilan diri sendiri, dan menarik diri dari pergaulan. Gejala negatif sendiri bisa berlangsung selama beberapa tahun sebelum muncul gejala awal dan cenderung memburuk seiring waktu.
2. Gejala positif
- Kemudian, gejala positif yang termasuk perubahan pada perilaku dan pola pikir pengidapnya. Ini termasuk:
- Halusinasi, kondisi ketika pengidap mengalami sesuatu yang sebenarnya tidak nyata. Halusinasi pendengaran adalah jenis yang paling sering terjadi pada pengidap skizofrenia. Misalnya mendengar bisikan tertentu.
- Delusi atau waham, kondisi ketika pengidap sangat yakin pada suatu hal yang berkebalikan dengan realita. Misalnya, perasaan seperti diawasi atau disakiti.
- Kekacauan pola pikir, termasuk sulit berkonsentrasi yang membuat pengidap kesulitan berkomunikasi dan mengingat.
- Kekacauan perilaku, yang muncul dengan gejala khas berupa gerak tubuh atau kondisi motorik abnormal.
- Sementara itu, gejala awal dari skizofrenia yang bisa kamu perhatikan, antara lain:
- Perasaan yang mudah tersinggung atau tegang.
- Kesulitan berkonsentrasi.
- Kesulitan tidur.
Saat penyakit berlanjut, pengidap mungkin memiliki masalah dengan pemikiran, emosi, dan perilaku, termasuk:
- Mendengar atau melihat hal-hal yang tidak ada (halusinasi).
- Isolasi diri.
- Mengurangi emosi dalam nada suara atau ekspresi wajah.
- Masalah dengan pemahaman dan pengambilan keputusan.
- Masalah memperhatikan dan menindaklanjuti aktivitas.
- Keyakinan yang dipegang kuat pada sesuatu hal yang tidak nyata (delusi).
- Berbicara dengan cara yang tidak masuk akal.
- Histori kondisi kejiwaan dan fisik pengidap dan keluarga.
- Riwayat ketika pengidap masih dalam kandungan dan kondisi masa kecil.
- Ada atau tidak kondisi traumatis selama hidup.
- Riwayat pengobatan atau penyalahgunaan zat.
- Pengidap menunjukkan setidaknya dua dari beberapa gejala khas berikut:
- Halusinasi.
- Delusi.
- Berbicara dan perilaku yang kacau.
- Ada gejala negatif.
Setidaknya, salah satu dari dua gejala yang harus ada adalah halusinasi, berbicara kacau, dan delusi.
- Gejala yang muncul telah mengganggu aktivitas, sekolah, pekerjaan, hingga hubungan sosial pengidap.
- Gejala setidaknya telah berlangsung selama 6 bulan.
- Keluhan yang muncul tidak terjadi karena masalah kejiwaan lainnya, seperti penyalahgunaan obat terlarang atau bipolar.
Selain itu, dokter juga merekomendasikan beberapa tes pendukung dengan tujuan untuk mengesampingkan potensi gejala karena kondisi medis lainnya. Pemeriksaan ini termasuk:
- Pemeriksaan darah lengkap.
- Tes fungsi ginjal, hati, dan tiroid.
- Pemeriksaan kadar gula darah, asam folat, elektrolit, vitamin D, kalsium, dan vitamin B12.
- Pengujian sampel urine guna mendeteksi penyalahgunaan zat terlarang.
- Pemeriksaan kehamilan jika pengidap adalah wanita dengan usia subur.
- CT scan otak atau MRI guna mengetahui ada atau tidaknya kelainan pada otak. Misalnya, vaskulitis, tumor otak, abses, dan hematoma subdural yang menjadi basis munculnya skizofrenia.
- Terapi individu yang bertujuan untuk mengajarkan pada keluarga dan teman bagaimana cara berinteraksi dengan pengidap. Salah satu caranya mengerti apa yang menjadi perilaku dan pola pikir pengidap.
- Terapi perilaku kognitif, dengan tujuan utama untuk mengubah pola pikir dan perilaku pengidap, membantu pengidap mengerti apa yang menjadi pemicu delusi dan halusinasi, serta mengajarkan cara tepat mengatasinya.
- Terapi remediasi kognitif, yang memiliki tujuan untuk melatih pangidap agar dapat mengerti kondisi lingkungan sekitarnya. Pilihan terapi ini juga membantu meningkatkan kapabilitas pengidap dalam mengingat atau memahami sesuatu serta mengontrol pola pemikirannya.
- Bunuh diri, upaya bunuh diri, atau pikiran untuk bunuh diri.
- Gangguan kecemasan dan gangguan obsesif-kompulsif (OCD).
- Depresi.
- Penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan lain, termasuk nikotin.
- Ketidakmampuan untuk bekerja atau bersekolah.
- Masalah keuangan dan potensi menjadi tunawisma.
- Isolasi sosial.
- Masalah kesehatan dan medis.
- Perilaku agresif, meskipun jarang terjadi.
Segeralah temui dokter, psikiatri, atau psikolog bila mengalami gejala-gejala tadi atau tanda lainnya, seperti:
- Mendengarkan suara yang menyuruh menyakiti diri sendiri atau orang lain.
- Memiliki dorongan untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain.
- Merasa takut atau kewalahan.
- Melihat hal-hal yang tidak nyata.
- Merasa bahwa tidak dapat menjaga diri sendiri.